BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Riba merupakan suatu keuntungan atau kelebihan yang ditetapkan dalam transaksi utang piutang. Mengembalikan uang yang dipinjam dengan jumlah lebih banyak inilah bentuk riba yang sering terjadi di masyarakat.
Dalam islam Riba termasuk kedalam beberapa kategori diantaranya :
1. Riba Fadhl
2. Riba Qardh
3. Riba Yad
4. Riba Nasi’ah
دِرْهَمُ رِبَا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتٍّ وَثَلَاثِيْنَ زِنْيَةً
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah riba), maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina”. (HR Ahmad dari Abdullah bin Hanzhalah).
Dari hadits diatas dapat dijelaskan bahwa hukuman seseorang yang melakukan riba, sangatlah berat. Orang yang melakukan Riba salah satu cirinya adalah meminjamkan uang, namun pada saat pengembaliannya seseorang yang meminjamkan tersebut meminta sejumlah uang lebih untuk peminjaman itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan Riba ?
2. Bagaimana macam-macam Riba ?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap seseorang yang melakukan Riba ?
4. Bagaimana Hukum Riba
C. Tujuan Penulisan Makalah
Secara ringkas tujuan pembuatan makalah ini dapat drumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan Riba,
2. Mengetahui dan memahami bagaimana macam-macam Riba,
3. Mengetahui dan memahami bagaimana pandangan Islam terhadap seseorang yang melakukan Riba.
4. Mengetahui dan memahami hukum Riba
D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini sebagai media untuk merangsang dan menambah pengetahuan mengenai Riba, agar kita terjauh dari hal yang sedemikian. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pembelajaran konsep ilmu keagamaan khususnya tentang bahasan Riba.
2. Pembaca, sebagai media informasi dalam mengenal dan memahami pengertian Riba secara mendalam, serta agar kita semua tidak terjerumus ke dalam hal yang sedemikian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Riba bermakna tambahan (al-ziyadah). Menurut Imam Ibnu al-‘Arabiy mendefinisikan riba dengan semua tambahan yang tidak disertai dengan adanya pertukaran kompensasi.
Imam Suyuthiy dalam Tafsir Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang, maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya.
Di dalam kitab al-Mabsuuth, Imam Sarkhasiy menyatakan bahwa riba adalah al-fadllu al-khaaliy ‘an al-‘iwadl al-masyruuth fi al-bai’ (kelebihan atau tambahan yang tidak disertai kompensasi yang disyaratkan di dalam jual beli). Di dalam jual beli yang halal terjadi pertukaran antara harta dengan harta. Sedangkan jika di dalam jual beli terdapat tambahan (kelebihan) yang tidak disertai kompensasi, maka hal itu bertentangan dengan perkara yang menjadi konsekuensi sebuah jual beli, dan hal semacam itu haram menurut syariat.
Dalam Kitab al-Jauharah al-Naiyyirah, disebutkan menurut syariat, riba adalah aqad bathil dengan sifat tertentu, sama saja apakah di dalamnya ada tambahan maupun tidak. Perhatikanlah, anda memahami bahwa jual beli dirham dengan dirham yang pembayarannya ditunda adalah riba; dan di dalamnya tidak ada tambahan.
Di dalam Kitab Nihayat al-Muhtaaj ila Syarh al-Minhaaj, disebutkan; menurut syariat, riba adalah ‘aqd ‘ala ‘iwadl makhshuush ghairu ma’luum al-tamaatsul fi mi’yaar al-syar’ haalat al-‘aqd au ma ta`khiir fi al-badalain au ahadihimaa” (aqad atas sebuah kompensasi tertentu yang tidak diketahui kesesuaiannya dalam timbangan syariat, baik ketika aqad itu berlangsung maupun ketika ada penundaan salah satu barang yang ditukarkan).
Dalam Kitab Hasyiyyah al-Bajairamiy ‘ala al-Khathiib disebutkan; menurut syariat, riba adalah ‘aqd ‘ala ‘iwadl makhshuush ghairu ma’luum al-tamaatsul fi mi’yaar al-syar’ haalat al-‘aqd au ma ta`khiir fi al-badalain au ahadihimaa” (aqad atas sebuah kompensasi tertentu yang tidak diketahui kesesuaiannya dalam timbangan syariat, baik ketika aqad itu berlangsung maupun ketika ada penundaan salah satu barang yang ditukarkan, maupun keduanya)”. Riba dibagi menjadi tiga macam; riba fadlal, riba yadd, riba nasaa.
B. Macam-macam Riba
Mengembalikan uang yg dipinjam dgn jumlah lbh banyak inilah bentuk riba yg sering kita lihat di sekitar kita. Ternyata tdk hanya ini bentuk riba. Ada beberapa macam lagi bentuk riba dan bisa terjadi dlm beberapa transaksi, diantaranya adalah :
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan tidak sama timbangannya atau takarannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
Contoh : tukar menukar dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras, gandum dan sebagainya.
2. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi.
Contoh : Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.
3. Riba Yad yaitu berpisah dari tempat sebelum timbang diterima. Maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelumnya ia menerima barang tersebut dari sipenjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual-beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
4. Riba Nasi’ah yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupn tidak sejenis yang pembayarannya disyaraktkan lebih, dengan diakhiri/dilambatkan oleh yang meminjam.
Contoh : Aminah membeli cincin seberat 10 Gram. Ole penjualnya disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas seberat 12 gram, dan apalagi terlambat satu tahun lagi, maka tambah 2 gram lagi menjadi 14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.
C. Pandangan Islam terhadap Riba
Kata / istilah riba nampaknya bukan hal yang aneh dan asing di telinga kita. Mungkin sudah sering kita mendengar istilah tersebut berulang-ulang baik di forum diskusi, majelis ta’alim, atau yang lainnya. Yang jelas kita akan lebih sering mendengar istilah ini tatkala di hubungkan dengan perbankan.
Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda; Mereka semua sama”. (HR Muslim)
Islam dengan tegas melarang praktik riba, karena praktik ini merugikan salah satu pihak yang terlibat transaksi. Perhitungan marjun keuntungan didasrakan kepada jangka waktu yang di gunakan sehingga si peminjam akan mendapat untung bukan berdasarkan kegiatan produktifnya akan tetapi bisa mendapatkan untung sambil ongkang-ongkan kaki. Sebaliknya, si peminjam harus memenuhi kewajiban membayar kelebihan tersebut walaupun ternyata usahanya merugi.
Pihak peminjam akan mengalami kerugian berlipat. Bukan kah hal itu sama dengan berbuat dzalim terhadap orang lain dengan tameng memberi bantuan pinjaman kepadanya. Bagaimana tidak mendzalimi peminjam mau tidak mau harus membayar al ziyadah (tambahan) dari jumlah yang di pinjamnya dan yang meminjamkan tidak mau tahu apa orang itu untung atau rugi dalam usahanya (kalo meminjamnya untuk usaha/produksi). Dan biasanya praktek di masyarakat ketika dalam waktu yang di sepakati belum juga dapat mengembalikan pinjamannya maka peminjam akan terus mengembung total pinjaman yang harus dibayarnya itu.
“Orang-orang yang dzalim tidak mempunyai teman setia dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya”. (QS: Al Mu’min: 18)
Diriwayatkan dari Jabir RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan dzalim, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan kalian jauhilah sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR: Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu benar-benar diperintahkan untuk mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya nanti pada hari kiamat, sehingga kambing yang tidak bertanduk (sewaktu di dunia pernah ditanduk) diberi hak untuk membalas kambing yang bertanduk”. (HR: Muslim)
D. Hukum Riba
Riba, hukumnya berdasar Kitabullah, sunnah Rasul-Nya dan ijma’ umat Islam:
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka permaklumkanlah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kami tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al-Baqarah: 278-279).
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS Al-Baqarah: 275).
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apa itu, ya Rasulullah?” Jawab Beliau, “(Pertama) melakukan kemusyrikan kepada Allah, (kedua) sihir, (ketiga) membunuh jiwa yang telah haramkan kecuali dengan cara yang haq, (keempat) makan riba, (kelima) makan harta anak yatim, (keenam) melarikan diri pada hari pertemuan dua pasukan, dan (ketujuh) menuduh berzina perempuan baik-baik yang tidak tahu menahu tentang urusan ini dan beriman kepada Allah.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari V: 393 no: 2766, Muslim I: 92 no: 89, ‘Aunul Ma’bud VIII: 77 no: 2857 dan Nasa’i VI: 257).
Dari Jabir ra, ia berkata. “Rasulullah saw melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (Shahih: Mukhtasar Muslim no: 955, Shahihul Jami’us Shaghir no: 5090 dan Muslim III: 1219 no: 1598).
Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda, “Riba itu mempunyai tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan (dosanya) seperti seorang anak menyetubuhi ibunya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3539 dan Mustadrak Hakim II: 37).
Dari Abdullah bin Hanzhalah ra dari Nabi saw bersabda, “Satu Dirham yang riba dimakan seseorang padahal ia tahu, adalah lebih berat daripada tiga puluh enam pelacur.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3375 dan al-Fathur Rabbani XV: 69 no: 230).
Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Tak seorang pun memperbanyak (harta kekayaannya) dari hasil riba, melainkan pasti akibat akhirnya ia jatuh miskin.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 518 dan Ibnu Majah II: 765 no: 2279).
Pandangan Islam terhadap Riba
Pengaruh Obesitas terhadap Olahraga
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak sekali masalah yang mengganggu terhadap penampilan, salat satunya adalah berlebihnya jumlah berat badan atau sering kita sebut dengan istilah Obesitas. Permasalahan ini sudah menjadi masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Perubahan gaya hidup yang kurang baik termasuk kecenderungan dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Kurangnya olahraga pun menjadi penyebab terjadinya permasalahan yang mengakibatkan seseorang merasa tampil kurang percaya diri.
Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus.
Adapun tipe-tipe obesitas termasuk ke dalam 2 tipe, yaitu :
1. Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh, dan
2. Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Itu semua terjadi karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu :
1. faktor keturunan,
2. faktor makanan,
3. faktor hormon,
4. faktor psikologi, dan
5. faktor kurang tepatnya mengatur gaya hidup.
Jika dari beberapa faktor tersebut tidak dapat diatur dengan baik, maka obesitas akan terjadi pada diri kita dan dengan kita memiliki badan yang berlebihan seperti itu, maka kita akan sangat dekat dengan berbagai macam penyakit.
Sungguh jelek sekali jika kita termasuk ke dalam golongan orang yang seperti itu, maka dari itu jagalah pola makan dengan sebaik mungkin dan biasakan untuk tidak jajan sembarangan. Berbagai upaya lainnya seperti merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus, itu dapat menjadi pilihan untuk mengobati penyakit yang memiliki berat badan berlebih.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan Obesitas ?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Obesitas ?
3. Bagaimana cara mengukur Obesitas ?
4. Penyakit apa saja yang timbul setelah kita mengidap Obesitas ?
5. Bagaimana cara menanggulangi penyakit Obesitas ?
6. Apa yang mempengaruhi Obesitas terhadap Olahraga ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Secara ringkas tujuan pembuatan makalah ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan pengertian Obesitas,
2. Mengetahui dan memahami faktor apa saja yang mempengaruhi Obesitas,
3. Mengetahui dan memahami bagaimana cara mengukur Obesitas,
4. Mengetahui dan memahami penyakit apa saja yang timbul setelah Obesitas,
5. Mengetahui dan memahami cara menanggulangi penyakit Obesitas,
6. Mengetahui dan memahami pengaruh Obesitas terhadap olahraga.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini sebagai media untuk merangsang pengetahuan mengenai suatu penyakit yang kita kenal dengan sebutan Obesitas. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pembelajaran konsep ilmu keolahragaan khususnya tentang konsep kesehatan yang lebih jelasnya tentang Obesitas.
2. Pembaca, sebagai media informasi dalam mengenal dan memahami penyakit Obesitas secara mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang melebihi Berat Badan normal pada umumnya.
Para dokter-dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya yaitu:
1. Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
2. Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
3. Suatu penyakit epidemik (mewabah)
4. Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup
5. Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi, namun disinilah guna kita sebagai mahasiswa olahraga yang berfungsi untuk memberikan informasi agar seseorang yang memiliki badan berlebih dapat menurunkan beban berlebih dalam tubuhnya dengan cara olahraga yang benar dan tanpa membuang biaya yang tinggi, kita dapat menanggulangi penyakit obesitas ini.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
1. Faktor Makanan
Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan diatas. Dengan itu kita harus dapat memilah dan meilih mana makanan yang cocok untuk dikonsumsi dan mana makanan yang tidak layak untuk di konsumsi.
2. Faktor Keturunan
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen, lingkungan dan kromosom yang diturunkan oleh kedua orang tua.
3. Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.
4. Faktor Psikologis
Pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food).
5. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat
Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik.
6. Pemakaian Obat-Obatan
Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.
C. Pengukuran Obesitas
1. Pengukuran Secara Antropometrik
a. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung BMI, yaitu :
1. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP). Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu :
Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang”.
2. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya : 90-110% = Berat badan normal 110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas)
2. Pengukuran Secara Laboratorik
a. BOD POD
b. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry)
c. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)
D. Penyakit yang timbul setelah kita mengidap Obesitas
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
1. Penyakit Jantung Koroner
2. Tekanan Darah Tinggi
3. Diabetes Melitus (tipe 2)
4. Gangguan Pernapasan
5. Stroke, dan masih banyak lagi penyakit-penyakit lainnya.
E. Cara menanggulangi penyakit Obesitas
Dalam penanggulangan penyakit obesitas dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
1. Merubah Gaya Hidup
2. Konsultasi Masalah Kejiwaan
3. Pemberian Obat-Obatan
Ada dua obat resep yang sudah di izinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas. Yaitu : Sibutramine.
• Orlistat (Xenical).
4. Pembedahan
F. Pengaruh Obesitas terhadap Olahraga
Dengan keadaan kita yang memiliki badan berlebih atau sering kita sebut dengan istilah Obesitas, sangat berpengaruh terhadap olahraga. Kita ambil contoh pada olahraga atletik, seseorang yang memiliki badan berlebihan lemak dapat mudah mengalami kecapean dan gangguan fungsi organ serta mudahnya terjangkit penyakit. Seseorang yang mengalami Obesitas sangat rentan terhadap kebebasan dalam bergerak, itu dikarenakan banyaknya penumpukan asam laktat yang ada dalam tubuh, sehingga tubuh seseorang yang mengalami obesitas akan cepat lemah.
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energy yang dikeluarkan. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.
Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).
Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Dengan berbagai penjelasan diatas, tentu Obesitas sangat berpengaruh buruk terhadap seseorang dikehidupannya apa lagi jika masuk ke dalam ranah olahraga, itu sangat kurang baik, maka dari itu marilah kita jaga diri ini dengan sebaik dan sesehat mungkin agar tejauh dari penyakit yang terlihat sepele namun akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kesehatan kita dimasa yang akan datang.
Efektivitas dalam Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi adalah sebuah badan hukum yang didalamnya terdapat sejumlah anggota yang memiliki visi dan misi yang sama agar terciptanya tujuan bersama, dalam organisasi ada yang disebut dengan efektivitas organisasi.
Menurut Emitai Etzioni (1982:54) adalah bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.” Oleh sebab itu, maka perlu lebih dipahami lagi mengenai efeltivitas organisasi, agar dalam organisasi tercapainya sebuah tujuan yang sudah dirumuskan dalam visi dan misi awal sebuah organisasi.
Mengenai efektivitas organisasi terdapat beberapa kriteria pengukuran berdasarkan model-model pendekatan yang digunakan. Menurut Quinn dan Rohrbough (Kasim ,1993) mengusulkan empat model atau perspektif teoritis mengenai kriteria efektivitas organisasi, yaitu (1) model tujuan rasional (rasional goal model) , (2) model hubungn manusia (human relations model) , (3) model sistem terbuka (open system model) dan (4) model proses internal (internal system model).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2) Struktur organisasi. (3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang dianut.
Tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi perlu memperhatikan kriteria-kriteria efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:46) sebagai berikut: (1) Produktivitas. (2) Kemampuan berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini :
1. Apa yang dimaksud Efektivitas Organisasi ?
2. Bagaimana Model-Model Mengenai Efektivitas Organisasi?
3. Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi ?
4. Bagaimana Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Secara ringkas tujuan pembuatan makalah ini dapat drumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan efektivitas dalam organisasi.
2. Mengetahui dan memahami bagaimana model-model mengenai efektivitas dalam organisasi.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor apa saja yang ada dalam efektivitas dalam organisasi.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana kriteria pengukuran efektivitas dalam organisasi.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini sebagai media untuk merangsang pengetahuan mengenai efektivitas dalam berorganisasi. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pembelajaran konsep ilmu keolahragaan khususnya tentang konsep penerapan efektivitas dalam organisasi.
2. Pembaca, sebagai media informasi dalam mengenal dan memahami efektivitas dalam organisasi secara mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Efektivitas Organisasi
Konsep efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas, mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep efektivitas ini oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana mengukur efektivitas itu.
Emitai Etzioni (1982:54) mengemukakan bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.” Komaruddin (1994:294) juga mengungkapkan “efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.”
The Liang Gie (2000:24) juga mengemukakan “efektivitas adalah keadaan atau kemempuan suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan.”
Sedangkan menurut pendapat Gibson (1984:28) mengemukakan bahwa “efektivitas adalah konteks perilaku organisasi merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan.”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Gibson (1984:38) mengungkapkan tiga pendekatan mengenai efektivitas yaitu:
1. Pendekatan Tujuan. Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi efektivitas merupakan pendekatan tertua dan paling luas digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan tujuan menekankan peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai kriteria untuk menilai efektivitas serta mempunyai pengaruh yang kuat atas pengembangan teori dan praktek manajemen dan perilaku organisasi, tetapi sulit memahami bagaimana melakukannya. Alternatif terhadap pendekatan tujuan ini adalah pendekatan teori sistem.
2. Pendekatan Teori Sistem. Teori sistem menekankan pada pertahanan elemen dasar masukan-proses-pengeluaran dan mengadaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas yang menopang organisasi. Teori ini menggambarkan hubungan organisasi terhadap sistem yang lebih besar, diman organisasi menjadi bagiannya. Konsep organisasi sebagian suatu sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih besar memperkenalkan pentingnya umpan balik yang ditujukan sebagai informasi mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan oleh seseorang, kelompok atau organisasi. Teori sistem juga menekankan pentingnya umpan balik informasi. Teori sistem dapat disimpulkan: (1) Kriteria efektivitas harus mencerminkan siklus masukan-proses-keluaran, bukan keluaran yang sederhana, dan (2) Kriteria efektivitas harus mencerminkan hubungan antar organisasi dan lingkungn yang lebih besar dimana organisasai itu berada. Jadi: (1) Efektivitas organisasi adalah konsep dengan cakupan luas termasuk sejumlah konsep komponen. (3) Tugas manajerial adalah menjaga keseimbangan optimal antara komponen dan bagiannya
3. Pendekatan Multiple Constituency. Pendekatan ini adalah perspepktif yang menekankan pentingnya hubungan relatif di antara kepentingan kelompok dan individual dalam hubungan relatif diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini memungkinkan pentingnya hubungan relatif diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini memungkinkan mengkombinasikan tujuan dan pendekatan sistem guna memperoleh pendekatan yang lebih tepat bagi efektivitas organisasi.
Robbins (1994:54) mengungkapkan juga mengenai pendekatan dalam efektivitas organisasi:
1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach). Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means). Kriteria pendekatan yang populer digunakan adalah memaksimalkan laba, memenangkan persaingan dan lain sebaginya. Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen yang menilai keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pendekatan sistem. Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.
3. Pendekatan konstituensi-strategis. Pendekatan ini menekankan pada pemenuhan tuntutan konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.
4. Pendekatan nilai-nilai bersaing. Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana organisasi itu berada.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan tujuan didasarkan pada pandangan organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Sedangkan pendekatan Multiple Constituency merupakan pendekatan yang menggabungkan pendekatan tujuan dengan pendekatan sistem sehingga diperoleh satu pendekatan yang lebih tepat bagi tercapainya efektifitas organisasi. Sedangkan untuk pendekatan nilai-nilai bersaing merupakan pendekatan yang menyatukan ketiga pendekatan yang telah dikemukakan di atas yang disesuaikan dengan nilai suatu kelompok.
Efektivitas organisasi tercapai apabila secara keseluruhan tujuan organisasi terealisasi. Banyak study yang telah di lakukan oleh para pakar ilmu pengetahuan mengenai efektivitas organisasi. Good man dan penning ( Kasim,1993 ) mengatakan bahwa efektivitas organisasi merupakan tema pokok dalam sebagian penelitian yang memakai organisasi secara keseluruhan sebagai unit analisis. Indra wijaya (1989) mengemukakan bahwa telah banyak teori dan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas organisasi, mulai dari teori yang sederhana sampai yang cukup kompleks.
Teori yang sederhana berpendapat bahwa efektivitas organisasi sama dengan prestasi organisasi secara keseluruhan. Menurut pandangan ini, efektivitas organisasi dapat diukur berdasarkan seberapa besar keuntungan yang diperolehnya. Pandangan yang juga penting untuk diperhatikan adalah teori yang menghubungkan pengertian efektivitas organisasi dengan tingkat kepuasan para anggota nya. Menurut pandangan ini, suatu organisasi dikatakan efektiv bila para anggota nya merasa puas.
Selanjutnya pandangan yang lebih komprehensip menganai efektivitas organisasi melilhat dari berbagai macam ukuran. Pandangan ini berpendapat bahwa susunan organisasi memang merupakan suatu hal yang penting, tetapi dalam susunan tersebut perlu diberikan kebebasan bertindak, sehingga memungkinkan para anggota dan organisasi secara keseluruhan dapat lebih menyesuaikan diri dengan tuntunan perubahan. Dengan demikian pengertian efektivitas organisasi mengalami sedikit penggeseran, yaitu selain berkaitan dengan aspek intern organisasi juga berhubungan dengan aspek luar organisasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan keadaan sekeliling.
B. Model-Model Mengenai Efektivitas Organisasi
Menganai efektivitas organisasi terdapat beberapa kriteria pengukuran berdasarkan model-model pendekatan yang digunakan. Quinn dan Rohrbough (Kasim ,1993) mengusulkan empat model atau perspektif teoritis mengenai kriteria efektivitas organisasi, yaitu (1) model tujuan rasional (rasional goal model) , (2) model hubungn manusia (human relations model) , (3) model sistem terbuka (open system model) dan (4) model proses internal (internal system model).
1. Model tujuan rasional menekankan kepada perumusan tujuan, perencanaan, evaluasi, dan produktivitas. Kelebihan model tujuan rasional dalam mengevaluasi efektivitas organisasi adalah karena penilaian keberhasilan organisasi dilakukan atas dasar keinginan organisasi, bukan berdasarkan penilaian atas dasar kriteria pribadi (value judgment) si penilai. Di lain pihak, pendekatan yang berdasarkan tujuan ini dilakukan obyektivitasnya, karena kenyataan sebagian besar organisasi mempunyai tujuan-tujuan yang saling bertentengan, dan tujuan resmi (formal) biasanya tidak jelas.
2. Model hubungn manusia lebih menekankan pada moral kariawan, kepemimpinan, pengembangan sumber daya manusia dan aspek peranan informal dari perilaku organisasi . kekuatan model ini yang utama adalah bahwa anggota organisasi diperlakukan sebagai manusia. Tidak semata-mata sebagai salah satu faktor produksi. Tapi model ini juga mempunyai kelemahan. Robeyy (1982) menyatakan bahwa model ini cenderung mengabaikan perspektip makro ( organisasi secara keseluruhan ) dan hampir sepenuhnya memfokuskan pada aspek manusia. Perrow (1979) meragukan kebenaran model ini karena hanya ada sedikit bukti empiris untuk mendukung teori-teori hubungan manusia.
3. Model sistem terbuka memfokuskan pada hubungan antara organisasi dengan lingkunganya secara teoritis, model ini lebih komprehensif daripada model-model lainya, sebab organisasi dianggap sebagai suatu yang dinamis dalam kerangka lingkungan yang lebih luas. Di lain pihak, pendekatan yang komprehensif tersebut tidak mungkin direalisasikan dalam studi ynag sebenarnya karena kompleksnya model dan hubungan antara elemen-elemenya. Kelemahan lain adalah pandangan yang mengasumsikan bahwa organisasi dianggap bersifat reaktif semata-mata dalam hubungannya dengan lingkungan .
4. Model proses internal , memusatkan perhatianya pada proses pengolahan informasi dan pembuatan keputusan dalam organisasi . kekuatan model ini adalah karena pengevaluasian efektivitas organisasi lebih berdasarkan proses daripada pengevaluasian berdasarkan tujuan akhir ( steers ,1977 ) di lain pihak, model ini juga mempunyai kelemahan. Habeerstron (1965) mengatakan bahwa model proses internal mempunyai kesulitan dalam mengidentifikasikan , mengkur, dan melaporkan proses-proses internal organisasi. Scott (1977) mengingatkan bahwa penekanan pada proses internal mungkin bisa menjurus pada penggantian tujuan dengan cara ( alat ), tetapi tidak bisa keluar dari kesulitan dalam memilah kriteria keberhasilan, apakah “tujuan akhir yang diiginkan” atau “proses yang diinginkan”.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi
Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2) Struktur organisasi. (3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang dianut.
Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus mendapat perhatian yang seriuas apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas.
Di bawah ini penulis menguraikan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:8):
1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.
3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu rganisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.
4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.
Menurut pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1) organisasi terdiri atas berbagai unsur yang saling berkaitan, jika salah satu unsur memiliki kinerja yang buruk, maka akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan; 2) Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang baik dengan lingkungan; 3) kelangsungan hidup organsiasi membutuhkan pergantian sumber daya secara terus menerus. Suatu perusahaan tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi, akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya tetapi apabila suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dapat lebih mudah tercapai hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
D. Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi
Tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi perlu memperhatikan kriteria-kriteria efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:46) sebagai berikut: (1) Produktivitas. (2) Kemampuan berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai
Secara lebih operasional, Emitai Atzoni yang dikutip oleh Indrawijaya (1989:227) mengemukakan “efektivitas organisasi akan tercapai apabila organisasi tersebut memenuhi kriteria mampu beradaptasi, berintegrasi, memiliki motivasi, dan melaksanakan produksi dengan baik”.
Gibson (1984:32-34) berpendapat bahwa kriteria efektivitas meliputi:
1. Kriteria efektivitas jangka pendek: Produksi, Efisiensi, Kepuasan.
2. Kriteria efektivitas jangka menengah: Persaingan, dan Pengembangan
3. Kriteria efektivitas jangka panjang
4. Kelangsungan hidup
Sondang P Siagian (2000:32) mengungkapkan beberapa hal yang menjadi kriteria dalam pengukuran efektivitas:
Efektivitas dapat diukur dari berbagai hal, yaitu: kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan strategi pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap, perencanaan yang matang, penyusunan program yang tepat, tersedianya sarana dan prasarana kerja, pelaksanaan yang efektif dan efisien, sistem pengawasan dan pengendalian yang mendidik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Langkah terpenting dapat dilakukan untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas adalah meningkatkan produktiftas SDM, ciptakan aturan dan mekanisme kerja yang konsisten serta penyaluran dana/biaya operasional yang betul-betul dipergunakan demi kepentingan kerja/kedinasan secara langsung sesuai dengan kepentingannya dan program efisiensi dan efektifitas dilakukan secara merata pada semua lini atau bagian di lingkup organisasi, serta efisiensi harus terus tetap dilakukan dalam kondisi apapun, asalkan tidak menghambat kinerja organisasi .
Daftar Pustaka
Yuniarsih,tjutju. (1998).menejemen organisasi.Bandung: IKIP Bandung Press
Winardi. (2003).teori organisasi dan pengorganisasian.Jakarta:PT Raja Grapindo Persada
http://sambasalim.com/manajemen/konsep-efektivitas-organisasi.html
http://tpers.net/2010/11/tugas-makalah-efektifitas-dan-efisiensi-organisasi/
Irianto, Jusuf. 2001. Tema-Tema Pokok Sumber Daya Manusia. Jakarta: Insan Cendikia
Prabu, Anwar . 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Simamora, Henry. 2004. Manjemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN
Steers, M Richard. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga